Mission: Impossible - Fallout

Review Film Mission: Impossible – Fallout 2018

Posted on Views: 74 views

Sebelum berkata mengenai review film Mission:Impossible – Fallout 2018, ayo sedikit mengingat ke belakang. Sejak mengejar momentumnya dan seakan tercetus kembali di installment keempatnya: Ghost Protocol, franchise M:I terus menjadi anomali tersendiri di Hollywood. Karena, tidak melulu menjadi satu-satunya film hasil adaptasi serial televisi lawas yang sangat sukses dan masih bertahan sampai sekarang, namun pun mampu bertransformasi sempurna menjadi saga solid yang dapat berdiri sendiri. Istimewanya, tersebut diwujudkan tanpa meninggalkan ciri khas khas serialnya.

Hebatnya lagi, saga yang dimotori megabintang Tom Cruise ini tidak seperti banyak sekali franchise berumur panjang lainnya di Hollywood yang kian lama kian lesu darah, malah sebaliknya, semakin solid saja. Kunci kesuksesannya, aksi-aksi stunt riskan inovatif Cruise, dan sokongan storyline dari skrip yang berkualitas. Itu pula yang demikian kentara dari installment sangat gresnya ini.

Mengusung tajuk Fallout, bertolak belakang dengan storyline installment-installment sebelumnya, yang tidak sehubungan satu sama lain, apa yang dituangkan di sini adalahkelanjutan dari Rogue Nation. Konfliknya masih mencantol gembong kriminal Solomon Lane dan saldo dari organisasi bentukannya, Syndicate yang sekarang mengusung nama baru, The Apostles. Misi kali ini ialah upaya Ethan Hunt beserta timnya menebus kegagalan misi mula mereka sebelumnya dan menangkal konsekuensi yang terjadi karenanya. Situasi ini meningkat pelik dengan kehadiran agen CIA Walker yang ditugaskan eksklusif untuk memantau gerak-gerik Hunt.

Sering bekerjasama dalam proyek film-film lain, dan pun dalam installment M:I sebelumnya, duet McQuarrie dan Cruise semakin padu saja guna menghasilkan sajian aksi yang memikat. Di sini, kentara benar dua-duanya sudah lancar bagaimana menggabungkan dialog renyah dan plot perumahan berlapis, dengan bagian ketegangan tingkat tinggi guna menghasilkan cerita film aksi memukau.

Kredit lebih untuk McQuarrie yang menunjukkan plot sangat sederhana di franchise ini dengan skema-skema aksi heist perumahan (Nolan, meet your new challenger, LOL). Menjadikan porsi aksi yang dihadirkannya tidak melulu sekadar bumbu, tetapi menjadi bagian elementer yang susah dipisahkan. Sungguhpun demikian, dalam menuangkan kisahnya, sang sineas terkesan merasa tidak butuh tergesa-gesa untuk membina fondasi ceritanya, yang barangkali menjadi satu-satunya titik lemah sekaligus deviden tersendiri sebab menjadikan sisi pendalaman karakter-karakternya bisa tergali dengan baik, dan ketika layer-demi layer mulai terbuka, efeknya kian menohok. Pendeknya, gampang didefinisikan bahwa ini ialah film yang tahu benar kapan mesti menarik-ulur adegan-adegannya guna memaksimalkan mutu sajiannya.

Dari segi paket aksinya, sejatinya, apa yang tersaji di sini sudah muncul di babak-babak M:I sebelumnya, tetapi penampilan Cruise sebagai ujungtombak utama yang kian menjadi-jadi (sang aktor melakoni sendiri hampir seluruh adegan riskan karakternya-red) dan arahan McQuarrie yang dinamis dalam mengeksekusi visualisasi skrip yang ia tulis secara langsung terbukti paling mumpuni. Hasilnya, dengan durasi menjangkau lebih dari dua separuh jam (jadi, pergilah ke toilet dulu sebelum menginjak teater-red) Fallout dipastikan memikat penontonnya guna tetap terpaku menyaksikannya.

Di samping jajaran muka lamanya yang semakin solid memainkan karakternya, dua nama besar yang menjadi pemegang karakter sentral di babak ini efektif menambah mutu penceritaan. Baik tersebut aktris senior Angela Bassett sebagai petinggi CIA yang manipulatif, maupun Henry Cavill yang begitu tampak bads dengan kumis lebatnya (ini sebabnya kenapa Superman tampak aneh dalam Justice League-red).

Secara keseluruhan, laksana sudah disebut-sebut sebelumnya, melewati Fallout, McQuarrie tidak berupaya menyuguhkan terobosan inovatif apapun di dalamnya, di mana andai mengesampingkan sisi penceritaan, kemasan aksinya melulu mencakup, kejar-kejaran, aksi baku tembak, dan pertarungan jarak dekat. Beberapa di antaranya bahkan terlihat tidak banyak kaku, tetapi ia dapat mengemasnya sedemikian rupa dengan karakteristik kemasan sinematik M:I dan memadukan tersebut semua dalam sajian yang terasa kreatif dan segar. Dan, memang seluruh itulah yang diinginkan audiens terhadap franchise ini.

Walaupun dari sisi penilaian pribadi pengarang masih lebih memilih Ghost Protocol sebagai installment terbaik sekaligus kesayangan M:I, Fallout tidak diragukan lagi sukses menunaikan tuntas apa yang diinginkan sebelumnya. Tidak melulu sebagai di antara film musim panas terbaik, namun pun salah satu yang rasanya paling sukses di tahun 2018 sejauh ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.